Kelabba Madja, “Grand Canyon”-nya NTT
Pulau Sabu, NTT — Di ujung tenggara Indonesia, tepatnya di Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur, terbentang sebuah lanskap menakjubkan yang masih jarang dijamah wisatawan. Namanya Kelabba Madja. Sekilas, tempat ini menyerupai ngarai luas dengan tebing batu berlapis warna—merah bata, cokelat, putih, hingga abu-abu—seolah dilukis langsung oleh tangan alam. Tak heran, banyak yang menyebutnya sebagai “Grand Canyon”-nya NTT, atau bahkan lebih puitis lagi: “pelangi yang jatuh di tanah Sabu”.
Namun Kelabba Madja bukan sekadar destinasi foto. Ia adalah ruang sakral, tempat leluhur masyarakat Sabu percaya sebagai “rumah para dewa”.
Legenda dan Sakralitas di Balik Tebing
Nama Kelabba Madja sendiri berasal dari bahasa lokal, yang berarti “tempat tinggal Dewa Maja”. Warga sekitar memandang kawasan ini sebagai situs spiritual, tempat dilakukannya berbagai ritual adat. Di tengah lanskap batuan raksasa itu, berdiri tiga batu besar yang berdiri berjejer—disebut simbol Ayah, Ibu, dan Anak. Formasi ini diyakini sebagai representasi keseimbangan hidup dan harmoni semesta.
Setiap tahun, warga Sabu menggelar ritual adat besar di sini, terutama saat purnama pada bulan-bulan musim kering. Dalam suasana khidmat, sesaji dipersembahkan dan doa-doa dilantunkan kepada alam, meminta berkat kesuburan dan perlindungan.
Petualangan Menuju Keajaiban
Untuk mencapai Kelabba Madja, pengunjung harus menempuh perjalanan darat dari pusat kota Seba, ibukota Sabu Raijua, ke Desa Gelanalalu. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan trekking kaki sejauh kurang lebih 2 kilometer melintasi padang sabana dan tanah bebatuan. Di bawah terik matahari tropis, perjalanan ini bisa terasa berat, namun akan terbayar lunas saat kaki menjejakkan diri di bibir tebing yang seolah tak berujung itu.
Bagi yang ingin menjelajah dari luar pulau, tersedia penerbangan perintis dari Kota Kupang (Bandara El Tari) ke Sabu, atau menggunakan kapal ferry dengan durasi 8–13 jam. Fasilitas di lokasi memang belum lengkap, namun inilah yang menjadikan Kelabba Madja tetap otentik dan alami.